Mendung mengontaminasi semesta, menjejalkan dimensi tak terbayang
Sedikt gerimis, sedikit hujan, langit selalu punya cara untuk mencari perhatian
Klabu menjelma abu membakar kobar 45 dalam relung sukma
Ada mawar merah ditangan, merahnya bagai darah mulia yang harus dibayar
Tenanglah...kami disini bukan untuk berdemonstrasi
Kami hanya rindu semerbak perang grilya
Jadi bolehkah aku melatakkan bunga itu??
Di pusara mulia yang tanahnya dari Ibu yang sama.. "pertiwi"
Mari menengadah memanjatkan dan bilang bahwa kita berpadu satu
Bilanglah rindu pada senyum haru biru 69 tahun lalu
Jangan takut masih ada berlapis langit yang melindungimu dari jauh
Pusiku ini akan menjadi lalu karena waktu akan berjalan maju
Tapi doa kami akan terus melaju bersama dimensi masa lalu yang mengiringimu
memimpin perang di atas tandu.
memimpin perang di atas tandu.
Selamat berbahagia Jendral, pintu surga ada di depanmu
( Puisi ini saya dedikasikan kepada Jendral Soedirman, terimakasih atas pengorbanan semata wayang)
N , 28 Desember 2014
.jpg)

