Friday, November 28, 2014

Untuk Soedirman


 Mendung mengontaminasi semesta, menjejalkan dimensi tak terbayang 
 Sedikt gerimis, sedikit hujan, langit selalu punya cara untuk mencari perhatian
 Klabu menjelma abu membakar kobar 45 dalam relung sukma 
Ada mawar merah ditangan, merahnya bagai darah mulia yang harus dibayar
Tenanglah...kami disini bukan untuk berdemonstrasi
Kami hanya rindu semerbak perang grilya 
Jadi bolehkah aku melatakkan bunga itu??
Di pusara mulia yang tanahnya dari Ibu yang sama.. "pertiwi"
Mari menengadah memanjatkan dan bilang bahwa kita berpadu satu
Bilanglah rindu pada senyum haru biru 69 tahun lalu 
Jangan takut masih ada berlapis langit yang melindungimu dari jauh
Pusiku ini akan menjadi lalu karena waktu akan berjalan maju
Tapi doa kami akan terus melaju bersama dimensi masa lalu yang mengiringimu
memimpin perang di atas tandu.
Selamat berbahagia Jendral, pintu surga ada di depanmu

( Puisi ini saya dedikasikan kepada Jendral Soedirman, terimakasih atas pengorbanan semata wayang)

N , 28 Desember 2014

Monday, November 24, 2014

Memang Benar Kata Dewi Lestari




Seindah apapun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda?? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi??
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak?? Dan saling menyayangi bila ada ruang?? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu..
Nafas akan melega dengan sepasang paru – paru yang tak dibagi. Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali. Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang..
Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin saling tersandung..
Pegang tanganku..
Tapi jangan terlalu erat
karena aku ingin seiring dan bukan digiring.. (DEWI LESTARI FILOSOFI KOPI "SPASI")
              Puisi diatas merupakan salah satu puisi favorit salah satu penulis kebanggaan saya Dewi Lestari "spasi". Baru kali ini saya benar-benar menyadari bahwa saya butuh spasi dalam beberapa waktu di kehidupan saya ini. Saya butuh jarak, bukan karena saya ingin terpisah hanya saja bukankah lebih baik jika seorang manusia bisa berjalan beriringan bukan jadi satu. Saya juga baru merasakan bahwa hubungan dalam prespektif saya dapat dimetaforakan seperti layang - layang. Layang- layang bisa terbang bebas di udara hanya saja layang-layang punya tali yang menjaganya untuk tetap tinggal agar tidak terbang jauh oleh angin. Layang - layang bisa tetap bahagia karena dia bisa bebas terbang namun tetap ada tali yang mengikatnya untuk melihat keindahan di angkasa. Pun saya demikan, saya ingin seperti layang - layang bisa bebas kemanapun saya mau tanpa ada rasa bersalah dan disalahkan, tanpa ada rasa takut kehilangan saat saya berhenti sejenak untuk sekadar menghilangkan rasa jenuh. Dalam hubungan baiknya juga begitu, ikatan di dalamnya jangan terlalu kencang, bayangkan saja jika seseorang diikat pada temali yang sangat kencang pasti rasa sakit mapun gerah akan dirasakan begitupun dengan suatu hubungan.  Hubungan bukan berarti pada sudut padang percintaan, banyak konteks hubungan seperti keluraga, pertemanan dan lain sebagainnya yang membutuhkan jarak dan jeda agar tidak ada kejenuhan. 
                  Saya senang dengan adanya ikatan dalam suatu hubungan, itu berarti keberadaan saya dalam kehidupan orang lain diakui. Itu artinya saya berarti dalam kehidupan mereka. Hanya hubungan butuh ruang untuk saling membendung rasa jenuh.  Memang konsekuensi dalam hubungan yang telah di besarkan bersama adalah perbedaan jalan pikiran dan kemauan. Tapi bukankah jalan dapat di lalui dimana saja untuk mencapai tujuan yang diinginkan.  Tujuan tidak harus dilalui dengan jalan yang serupa ada kalanya perbedaan jalan menjadi solusi yang baik agar nantinya tidak tesandung dan jatuh bersama pada kesalahan yang serupa. Tidak selalu melakukan hal bersama bukan berarti tidak sepaham hanya saja saya butuh waktu mengendorkan ikatan agar saya bisa merasakan arti keberadaan mereka yang sesungguhnya ketika kita tidak bersama. Dan saya yakin hal demikian akan memererat dan memperawert suatu hubungan.
                        Pada tulisan ini bukan berarti saya suka hidup sendiri. Saya sangat membenci kesendirian. Saya hanya butuh waktu sendiri untuk melenceng dari jalan yang disepakati agar tidak terjadi kejenuhan. Titik- titik jenuh bisa tumbuh kapan saja ketika hal yang sama dilakukan berulang - ulang. Saya sangat bersyukur dapat dipertemukan dengan orang - orang yang menyayangi saya dan selalu ada untuk membunuh rasa kesendirian. Saya butuh memahami dan di pahami. Dan memang benar kata dewi lestari saya ingin seiirng bukan digiring...

N

Monday, September 29, 2014

Katanya berdiri di Surga







 Sedang berdiri di atas model surga katanya..
Bukan benua 4 musim atau benua hitam yang selalu diselimuti debu
Katanya tempat saya ini model surga yang diberikan Tuhan..
Asia tenggara yang membentangkan kebesarannya lewat Indonesia
Menyadarkan betapa setiap manusia yang tinggal harus bersyukur karena ke indahan alam dari tempat ter -tinggi hingga ter-rendah..
Namun titik titik tertinggi bumi selalu mengajarkan bahwa manusia hanyalah zarah dibanding alam semesta

Dan titik-titik terendah yang gelap sekalipun menunjukkan bahwa hanya sedikit yang kita tahu
Demi gunung dan seluruh penciptaan alam semesta
Bahwasanya saya sadar pecinta alam sejati bukanlah saya
Bahwa semoga selalu ada waktu untuk belajar pada setiap perjalanan
Sehingga kau akan sadar bahwa Tuhan Maha romantis


      
Sepetember, 23:28 WIB

Sunday, September 28, 2014

SAYA TAKUT JADI MODERN



Dan lalu...Sekitarku tak mungkin lagi kini...Meringankan lara
Bawa aku pulang, rindu!Segera!


              Kalimat diatas merupakan beberapa cuplikan lirik lagu favorit saya dari float berjudul pulang.  Berbicara soal pulang saya memang sedang merindukan kampung halaman merindukan kota seberang serta ketiga orang yang paling  spesial dalam kehidupan saya kedua orang tua dan adik saya. Seseorang teman pernah mengatakan kepada saya “Tidak ada orang yang benar- benar tulus ada untuk kita kecuali ke dua orang tua Bapak dan Ibu”. Pun begitu kepada saya bukan karena saya tidak memercayai ketulusan mereka yang berada disekeliling saya, hanya saja tingkatan ketulusan mereka mungkin berbeda-beda. Dan sekarang saya masih tetap meyakini ketulusan paling murni selalu dimenangkan oleh Bapak dan Ibu.
            Ada sebuah buku yang pernah saya baca bahwasanya dunia modern sekarang ini telah mengubah segala pola kehidupan manusianya. Saya sangat berterimakasih atas orang- orang di luar sana yang begitu pintarnya menciptakan berbagai penemuan hebat untuk kemudahan manusia dalam kehidupan modern ini. Sayangnya kehidupan sosial yang mereka ciptakan masih belum bisa memanusiakan manusia. Begitu juga denga saya, saya sudah ikut masuk dengan tatanan modern abad milenium ini.  
            Kehidupan modern bisa jadi membuat kebanyakan orang melupakan sekelilingnya. Memikirkan diri sendiri adalah ciri seorang yang telah masuk dalam lingkaran modern. Memang seorang harus bertahan hidup dengan memenuhi segala kebutuhun dalam dirinya, tapi alangkah lebih baiknya jika kita tidak mendahulukan ego. Akan lebih menyenangkan ketika seorang manusia lebih peka dan peduli terhadap sekelilingnya bukankah agama telah menganjurkan hal yang demikian. Hal yang lain yang bisa diperhatikan ketika sekarang ini banyak sebagian manusia melakukan interaksi sosial seperti berteman karena suatu kepentingan. Tapi memang melakukan pertemanan adalah hal yang penting dalam hidup dan akan terlihat membahagiakan ketika sebuah pertemanan dibarengi dengan ketulusan tidak ada unsur kepentingan seperti parpol yang lagi ramai meperbinacangkan masalah RUU PILKADA di televisi.
            Menurut Ayu Utami pada sebuah bukunya. Apalah hal yang paling menyenangkan di dunia ini? Menurutnya memiliki teman-teman yang tidak punya kepentinga kecuali berteman itu sendiri. Memiliki teman- teman yang lucu, tulus dan menyenangkan. Itulah kekayaan paling asyik di dunia. Manusia memang butuh bermasyarakat maupun berteman karena di dunia yang bulat ini semua tidak bisa dibeli misalnya udara, air bersih serta jalanan. Kita harus berbagi dengan orang lain. Maka dari itu dibutuhkan masyarakat yang sehat yang tidak saling sikut untuk mendaptakan yang mereka inginkan. Semuanya saling berbagi.
            Mengapa kita harus bersaing?  Bersaing memang perlu, tapi alangkah mengerikan persaingan dalam masyarakat modern saat ini persaingan tidak lagi sportif. Kita harus bersaing, karena sumber semakin sedikit dan manusia semakin banyak. Gandhi pernah berkata : bumi ini cukup untuk kita semua, tapi tidak cukup untuk keserakahan kita. Dan itu memang terjadi pada masyarakat modern.
            Menurut saya manusia dan alam adalah satu. Kita sama- sama hidup dan berkembang dalam rotasi yang sama. Alam bisa menitipkan tanda pada manusia dalam hal kehidupan. Sayangnya masyarakat sekarang kurang peka. Kurang bisa memahami tanda-tanda alam.  Contohnya masyarakat tradisonal jaman dahulu mampu membaca tanda –tanda terjadinya bencana alam karena alam memberikan pertanda bagi manusia. Selain itu orang jaman dahulu selalu menghormati keberadaan apa yang ada di alam. Misalnya mengeramatkan keberadaan pohon sehingga tidak ada lagi penebangan liar yang efeknya adalah global warming seperti sekarang ini. Masyarakat modern harusnya belajar pada pola sosial masyarakat tradisonal yang menghormati sekelilingnya.
            Hendaknya kita sebagai seorang yang hidup dalam kehidupan modern harus terus belajar untuk meciptakan kehidupan sosial yang baik tanpa harus menuai kepentingan di dalamnya serta menciptakan setiap ketulusan dan memperhatikan hal hal yang ada. Agar kedamaian terus tercipta dalam kehidupan dan tidak ada lagi yang namanya perang dan perpecahan. Begitupun dengan saya. Saya akan terus belajar menjadi perbadi modern yang baik karena pada dasarnya kehidupan ini adalah untuk terus belajar.

Sunday, August 17, 2014

SEDIKIT UCAPAN



Indonesia kaya rasa, nano katanya..
Dari keramahtamahan rakyatnya, hingga korupsi besar- besaran pemimpin bangsa
Indonesia milik bersama baik ketinggian maupun kedalaman, baik hitam atau putih fenomena didalamnya..

          Hari ini umur saya tepat 19 tahun 19 hari ketika indonesia tepat berumur 69 tahun. Hari ini seluruh pelosok negeri merayakan kemerdekaan. Mari Berbahagia!
Enam puluh sembilan tahun lamanya tahun-tahun yang menggambarkan putih harapan dan merah darah. Semoga semakin dewasa semakin mampu menyempurnakan kata yang disebut merdeka. Hari ini pasti banyak sekali harapan baik dari saya  para mahasiswa maupun para purnawirawan serta seluruh rakyat yang mewarnai keragaaman Indonesia. Saya berharap dalam pendewasaan umur Indonesia yang bertamabah kita semua mampu saling merangkul mengingatkan dan bersama - sama menyempurnakan reformasi. Harusnya begitu bersama karena kita tumbuh dan hidup dalam naungan yang serupa. Ucapan terimakasih yang tak terhingga untuk para pejuang dan pemimpin bangsa di masa lampau yang telah membangun peradaban se kompleks ini di Indonesia tercinta. Semoga kita selalu amanah dengan cinta yang sama untuk memerdekakan kemerdekaan...

Selamat Ulang Tahun saudara se Negara...
Kalian  ku peluk,






Wednesday, August 13, 2014

Untuk Bapak..


            Sidang di Mahkamah Konstitusi masih berlangsung. Demo di depan MK sampai sekarang juga masih dilaksanakan. Berbagai media baik stasiun TV maupun media sosial masih ramai membicarakan sidang putusan hakim dalam pesta politik ini. Banyak yang mengatakan ba bi bu ada yang mengatakan a i u e o saya hanya bisa memperhatikan.
Sisi satunya bilang ada yang curang belum puas atas keputusan, sisi yang lain bilang Bapak itu nggak bisa ikhlas atau legowo, ada juga yang saling adu kebenaran dan kecintaan terhadaap Bapak idolanya masing- masing. Namanya juga idola pasti melakukan hal yang benar dan baik untuk idola masing- masing. Semoga cinta mereka dengan Bapak idoalanya tidak bertepuk sebelah tangan. Semoga kecintaan mereka masih mengingat kewarasan.

            Kemarin saya juga menjadi salah satu dari mereka. Bahkan menjadi salah satu tim kemenangan salah satu Bapak bersama teman kuliah. Saya ikut meninggikan, memuja serta mengaggungkan Bapak saya itu karena saya yakin cinta saya terhadapnya tidak akan bertepuk sebelah tangan begitupula untuk rakyat Indonesia. Tapi ya namanya juga kehidupan cepat sekali berevolusi cepat sekali berubah. Bumi kan nggak diam  semuanya ikut bergerak dengan rotasinya saya pun juga begitu. Hari ini saya ingin jadi pemerhati saja melihat dari layar TV, laptop, handphone dan media lain mengenai perkembangan kedua Bapak yang akan menafkai kita semua. Yang  katanya akan memimpin merubah semua gerak politik, ekonomi,sosial, budaya,IPTEK dan lain sebagainya pokoknya bisa bikin kita makmur dan nggak merasa terjajah lagi lah...
           
            Kadang merasa prihatin saja ketika ada salah satu pemuja Bapak calon satunya merecoki Bapak calon yang lain. Idola sih idola tapi jangan gitu lah sama – sama rakyat Indonesia kan? Sama- sama merasakan sari pati dan segala hal di Negeri yang sama juga.  Kita kan Saudara lahir pada Ibu yang sama, Ibu pertiwi. Memang susah jadi pemerhati bisanya cuma lihat beberapa orang saling serbu-serbuan kata-kata tidak hanya di Mahkamah Konstitusi di Media juga nggak kalah ramainya. Tugas saya sudah selesai saya juga sudah ikut memilih sudah jadi timsukses pula, jadi saya rasa cukup dengan doa agar Bapak Indonesia nanti cintanya sama saya dan rakyat indonesia tidak bertepuk sebelah tangan.

            
            Untuk kedua Bapak presiden dan wakilnya nanti saya harap bisa peka. Peka terhadap anak-anaknya di Indonesia atas segala permasalahan. Memang tidak mudah tapi dengan cinta saya yakin Bapak presiden akan berhasil 5 tahun mendatang. Saya juga berharap Bapak presiden menafkahi kami rakyat indonesia sesuai hati dan kecintaan tanpa dibonekai oleh berbagai pihak maupun partai politik yang bisa saja mementingkan perutnya sendiri, mementingkan eksistensi dan kebahagiaannya sendiri. Semoga tidak  saya ngeri sendiri membayangkan kalau Bapak presiden nanti di bonekai orang lain nanti rakyat bisa cemburu pak...

             Saya berdoa Bapak presiden bisa memimpin kami dengan baik dengan rasa sayang dan akan selalu menepatin sumpah diatas kitab sucinya nanti. Sehingga saya bangga memiliki presiden seperti Bapak  tanpa perlua lagi memperhatikan angka satu atau dua.  “Memimpinlah dengan hati dan segenap jiwa pak dengan cinta untuk anak anak yang lahir di rahmi ibu yang sama” (Ibu Pertiwi)

MAHESWARI

Setelah sekian lama vakum dalam rutinitas ini akhirnya saya kembali dengan wujud baru, dengan tubuh yang baru dan dengan hal yang mungkin lebih segar  semoga tak ada lagi hal labil. Bagai Ibu yang baru  melahirkan saya menamainya MAHESWARI  yang berarti dalam bahasa sansekerta adalah surga. Bukankah setiap manusia pasti mendambakan surga???
Saya berharap semoga dengan adanya Maheswari saya bisa melakukan rutinitas ini kembali dan melakukannya dengan lebih bijak tanpa ada kelabilan macam anak remaja seperti kemarin. Umur saya sudah dua puluh tahun dikurangi satu alangkah  lebih baiknya jika saya mengisi Maheswari dengan berbagai hal yang jauh dari egoisme bukan???
Saya ingin membesarkan Maheswari menjadi lebih sempurna.. Semoga selalu ada kesempatan
Ketahuilah kalian bukan sekadar sahabat tapi saudara...

Saya tidak punya banyak harapan untuk kalian para pembaca dan pemerhati yang bisa datang dan pergi. Semoga Maheswari bisa terus tumbuh seiring dengan bantuan doa dan support kalian...

terimakasih telah  mau menjadi pemerhati

                 N